Kabupaten
Tasikmalaya
Mediatasik.com.
Wakil Bupati Tasikmalaya, H. Ade Sugianto, SIP bertindak selaku Inspektur
Upacara pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Ke–110 Tingkat Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2018, dengan tema “Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat
Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia Dalam Era Digital”, bertempat di Halaman
Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Singaparna, dihadiri Anggota
DPRD Kabupaten Tasikmalaya Arif Rachman, Sekda Kabupaten Tasikmalaya
Drs.H.Abdul Kodir, M.Pd., unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, serta para
Kepala SKPD di lingkup Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. (21/5/2018).
Pada
kesempatan itu, Wakil Bupati Tasikmalaya berkesempatan memperlihatkan
penghargaan Treasury Award yang diterima Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dari
Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Pemerintah Daerah Terbaik
ketiga kategori Kinerja Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik tahun 2017.
Wakil
Bupati Tasikmalaya menyampaikan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia Rudiantara, mengatakan, dalam dua tahun kedepan,
Indonesia akan memasuki sebuah era keemasan dalam konsep kependudukan, yaitu
era keemasan bonus demografi di mana bonus demografi menyuguhkan potensi
keuntungan bagi bangsa karena proporsi penduduk usia produktif lebih tinggi
dibanding penduduk usia non produktif.
“Menurut
perkiraan Badan Pusat statistik (BPS), rentang masa ini akan berpuncak nanti
pada tahun 2028 sampai 2031, yang berarti tinggal 10-13 tahun lagi. Proyeksi
keuntungan bonus demografi itu akan tinggal menjadi proyeksi jika kita tak
dapat memaksimalkannya. Usia produktif akan tinggal menjadi catatan tentang
usia daripada catatan tentang produktifitas, jika mutu sumber daya manusia
produktif pada tahun-tahun puncak bonus demografi tersebut tidak dapat mengungkit
mesin pertumbuhan ekonomi,pada saat itu nanti, angka ketergantungan penduduk
diperkirakan mencapai titik terendah, yaitu 46,9 %, “ujarnya.
“Generasi
bonus demografi yang kebetulan juga beririsan dengan generasi milenial kita
tersebut, pada saat yang sama, juga terpapar oleh massifnya perkembangan
teknologi, terutama teknologi digital. Digitalisasi di berbagai bidang ini juga
membuka jendela peluang dan ancaman yang sama. la akan menjadi ancaman jika
hanya pasif menjadi pengguna dan pasar, namun akan menjadi berkah jika kita
mampu menaklukannya menjadi pemain yang menentukan lanskep ekonomi berbasis
digital dunia, “tambahnya.
Sesuai
arahan Presiden Joko Widodo, Rudiantara menyampaikan, dunia pendidikan di
Indonesia didorong untuk bekerja sama dengan industri dan bisnis, untuk mencari
terobosan-terobosan baru dalam pendidikan vokasi dengan membentuk
jurusan-jurusan baru, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun juga di tingkat
menengah, yang berkaitan dengan keahlian dan ilmu terapan, yang diciptakan untuk
memasok industri akan tenaga terampil yang siap kerja.
Rudiantara
mengingatkan, keberadaan Bangsa Indonesia saat ini tidak lepas dari hasil
perjuangan pahlawan pejuang kemerdekaan. “Ketika rakyat berinisiatif untuk
berjuang demi meraih kemerdekaan dengan membentuk berbagai perkumpulan, lebih
dari seabad lalu, kita nyaris tak punya apa-apa. Kita hanya memiliki semangat
dalam jiwa dan kesiapan mempertaruhkan nyawa. Namun sejarah kemudian
membuktikan bahwa semagat dan komitmen itu saja telah cukup asalkan, kita
bersatu dalam cita-cita yang sama yaitu kemerdekaan bangsa. Bersatu, adalah
kata kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia namun pada
saat yang sama tantangan yang mahakuat menghadang di depan, “katanya.
Menurut
Rudiantara, Para pendahulu yang berkumpul dalam organisasi-organisasi seperti
Boedi Oetomo itu memberikan yang terbaik bagi terbentuknya bangsa melalui
organisasi. Bukan pertama-tama dengan memberikan harta dan senjata, melainkan
dengan komitmen sepenuh jiwa raga, dengan segala keterbatasan sarana dan
prasarana saat itu, mereka terus menghidup-hidupi api nasionalisme dalam diri
masing-masing. Seratus sepuluh tahun kemudian bangsa ini telah tumbuh menjadi
bangsa yang besar dan maju, sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Meski belum
sepenuhnya sempurna, rakyatnya telah menikmati hasil perjuangan para
pahlawannya berupa meningkatnya perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan
sebagaianya. Keringat dan darah pendahulu bangsa telah menjelma menjadi
hamparan permadani perikehidupan yang nyaman dalam rengkuhan kelambu
kemerdekaan,”tegasnya.
Rudiantara
menyebutkan, dalam butir kelima dari Nawacita Kabinet Presiden Joko Wiododo dan
Wakil Presoiden Jusuf Kalla berisi visi untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan . “Pada
awal tahun ini, visi tersebut mendapat penekanan lebih melalui amanat presiden
Joko Widodo yang menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan pembangungan
Sumber Daya Manusia (SDM) pada tahun 2019, melanjutkan percepatan pembangunan
infrastruktur yang menjadi fokus pada tahun-tahun sebelumnya. Melalui
pembangunan manusia yang terampil dan terdidik, pemerintah ingin meningkatkan
daya saing ekonomi dan secara simultan meningkatkan kapasitas SDM nya, “paparnya.
Perlunya
peningkatan peran SDM menurut Rudiantara, dikarenakan kekayaan alam merupakan
sumber daya yang terbatas, butuh segudang prasyarat untuk bisa dieksploitasi,
selalu ada limit untuk menggenjot pemanfaatannya. Sedangkan sumber daya manusia
kita menyediakan kapasitas dan kapabilitas yang sangat luas untuk dikembangkan.
Kebangkitan SDM Indonesia secara bersama-sama dan kompak, tanpa terindikasi
oleh godaan-godaan yang kontraproduktif, akan membawa kepada kejayaan bangsa,
selain secara otomatis bagi individu-individunya sendiri.
Rudiantara
berharap, dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, diharapkan terjadinya
upaya-upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia, untuk mengembangkan diri
dan merebut setiap peluang untuk meningkatka kapasitas diri yang dibuka oleh
berbagi pihak, baik oleh pemerintah, badan usaha, maupun masyarakat sendiri.
Pengembangan kapasita sumberdaya manusia juga harus diletakan dalam konteks
pemerataan dalam pengertian kewilayahan, agar bangsa ini bangkit secara
bersama-sama dalam kerangka kebangsaaan Indonesia.
"Mari
bersama-sama kita jauhkan dunia digital dari anasir-anasir pemecah-belah dan
konten-konten negatif, agar anak-anak kita bebas berkreasi, bersilaturahmi,
berekpresi, dan mendapatkan manfaat darinya. Kita harus menjaga persatuan dalam
memecahkan masalah, harus berbagi beban yan sama, merapatkan barisan, jangan
sampai terpecah belah. Demikian jiga, dalam konteks menghadapi digitalisasi
ini, kita semua harus dalam irama yang serempak dalam memecahkan masalah dan menghadapi
para pencari masalah. Dulu kita bisa dengan keterbatasan akses pengetahuan dan
informasi, dengan keterbatasan teknologi untuk komunikasi, berhimpun dan
menyatukan pikiran untuk memperjuangkan kedaulatan bangsa. Seharusnya
sekarang kita juga bisa, sepikul berdua, menjaga dunia yang serba digital ini,
agar menjadi wadah yang kondusif bagi perkembangan budi pekerti yang seimbang
dengan pengetahuan dan keterampilan generasi penerus kita, “ajaknya. (mdt 1-2).
0 komentar:
Posting Komentar